Читаем Laskar Pelangi полностью

Tapi aku tak peduli dengan semua pemandangan itu karena aku punya misi rahasia. Rahasia ini menyangkut sebuah pemandangan menakjubkan yang hanya bisa disaksikan dari puncak tertinggi Gunung Selumar. Rahasia ini juga berhubungan dengan bunga-bunga kecil nan rupawan yang hanya tumbuh di puncak tertinggi. Mereka adalah bunga liar Callistemon laevis3 atau bunga jarum merah, atau kalau beruntung, bunga kecil kuning kelopak empat semacam Diplotaxis muralis.

Aku menyebutnya bunga rumput gunung, istilahku sendiri, karena ia senang menyelinap, enam atau tujuh tangkai seperanakan, di antara rerumputan zebra liar di puncak-puncak gunung dekat la-ut. Kelopaknya selebar ibu jari, berwarna kuning redup dan tangkai yang menopangnya berwarna hijau muda dengan ukuran tak sepadan, natural, spontan, lucu, dan cantik. Daun-daunnya tak dapat dikatakan indah karena bentuk dan warnanya, bukan ukurannya, lebih seperti daun Vitex trifolia4 biasa. Namun jika kita siangi daunnya dan berhasil mengumpulkan paling tidak 15 kuntum lalu disatukan de-ngan jumlah yang lebih sedikit dari kuntum bunga jarum merah ma-ka satu kata untuk mereka: fantastik!


Bunga jarum merah berbentuk jarum yang lebat dengan ujung bulat kecil-kecil berwarna kuning. Ketika bunga jarum digabungkan dengan bunga rumput gunung tanpa diatur maka mereka seolah berebutan tampil. Ikatlah mereka dengan pita rambut berwarna biru muda dan tulislah sebuah puisi, maka Anda akan mampu mendinginkan hati wanita mana pun. Setelah tiga jam mendaki kami tiba di puncak. Lelah, haus, dan berkeringat, tapi tampak jelas rasa puas pada setiap orang, sebuah ekspresi "telah mampu menaklukkan". Aku yakin perasaan inilah yang memicu sikap obsesif setiap pendaki gunung profesional untuk menaklukkan atap-atap dunia. Kiranya daya tarik mendaki gunung berkaitan langsung dengan fitrah manusia.

Lalu dengan hiruk pikuk sahut-menyahut teman-temanku, para Laskar Pelangi, berkomentar tentang pemandangan yang terhainpar luas di bawah mereka.


"Lihatlah sekolah kita," pekik Sahara. Bangunan itu tampak menyedihkan dari jauh. Rupanya dilihat dari sudut dan jarak bagaimanapun, sekolah kami tetap seperti gudang kopra!

Lalu Kucai menunjuk sebuah bangunan,"Hai! Tengoklah! Itu masjid kita.”

Seluruh khalayak meneriakinya, tak terima.

"Itu kelenteng, bodoh!" Dan mereka pun terbelah dalam dua keloinpok debat kusir.

Sebagaimana biasa Mahar mulai berdongeng, menurutnya Gunung Selumar adalah seekor ular naga yang sedang menggulung diri dan telah tidur panjang selama berabad-abad.

"Ular ini akan bangun nanti kalau hari kiamat. Kepalanya ada di puncak gunung ini. Berarti tepat berada di bawah kaki-kaki kita sekarang! Dan ekornya melingkar di muara Sungai Lenggang," katanya absurd.

"Maka jangan terlalu ribut di sini, nanti kalian kualat," tambahnya lagi belum puas membodohi diri sendiri. Teman-temanku riuh rendah mendengar cerita itu dalam pro dan kontra. Tapi seperti biasa pula, A Kiong-lah yang selalu termakan dongeng Mahar, ia tampak serius dan percaya seratus persen. Mungkin sebagai ungkapan rasa kagum atas cerita yang sangat bermanfaat itu, dengan takzim ia memberikan bekal pisang rebusnya kepada Mahar. Sikapnya seperti seorang anggota suku primitif menyerahkan upeti kepada dukun yang telah menyembuhkannya dari penyakit kudis.

Mahar menyambar upeti itu dan secara kilat memasukkannya ke dalam sistem pencernaannya tanpa peduli bahwa dia sedang dianggap sangat berwibawa oleh A Kiong. Meledaklah tawa Laskar Pelangi melihat pemandangan itu. Namun A Kiong tetap serius, ia sama sekali tidak tertawa, baginya kejadian itu tidak lucu. Demikian pula aku. Aku juga tidak tertawa. Karena aku sedang merasa sepi di keramaian. Mataku tak lepas memandang sebuah kotak persegi empat berwarna merah nun jauh di bawah sana, atap sebuah rumah. Rumah A Ling. Aku menyingkir dari kegirangan teman-temanku, sendirian menelusuri padang ilalang rendah di puncak gunung, memetik bunga-bunga liar. Kupandangi lagi atap rumah A Ling dan segenggam bunga liar nan cantik di dalam genggaman. Untuk inikah aku mendaki gunung setinggi ini?

Panorama dari puncak ini seperti musik. Intronya adalah gumpalan awan putih yang mengapung rendah seolah aku dapat menjangkaunya. Lalu mengalir vokal dari suitan-suitan panjang burungburung prigantil yang kadang-kadang begitu dekat dan nyaring, sampai terdengar jauh samar-samar bersahut-sahutan dengan lengkingan-lengkingan kecil kawanan murai batu. Reffrain-nya adalah ribuan burung punai yang menyerbu hamparan buah bakung yang masak menghitam seperti permadani raksasa. Musik diakhiri secara fade out oleh jajaran panjang hutan bakau tangkapan hujan yang memagari anak-anak Sungai Lenggang, berkelok-kelok sampai tak tampak oleh pandangan mata, ditelan muara-muara di sepanjang Pantai Manggar sampai ke Tanjong Kelumpang.

Angin sejuk yang bertiup dari lembah menampar-nampar wajahku. Aku merasa tenang dan akan kutulis puisi demi seseorang di balik tirai keong itu. Puisi inilah misi rahasiaku.

Jauh Tinggi


Перейти на страницу:

Все книги серии Laskar Pelangi

Похожие книги

Вдребезги
Вдребезги

Первая часть дилогии «Вдребезги» Макса Фалька.От матери Майклу досталось мятежное ирландское сердце, от отца – немецкая педантичность. Ему всего двадцать, и у него есть мечта: вырваться из своей нищей жизни, чтобы стать каскадером. Но пока он вынужден работать в отцовской автомастерской, чтобы накопить денег.Случайное знакомство с Джеймсом позволяет Майклу наяву увидеть тот мир, в который он стремится, – мир роскоши и богатства. Джеймс обладает всем тем, чего лишен Майкл: он красив, богат, эрудирован, учится в престижном колледже.Начав знакомство с драки из-за девушки, они становятся приятелями. Общение перерастает в дружбу.Но дорога к мечте непредсказуема: смогут ли они избежать катастрофы?«Остро, как стекло. Натянуто, как струна. Эмоциональная история о безумной любви, которую вы не сможете забыть никогда!» – Полина, @polinaplutakhina

Максим Фальк

Современная русская и зарубежная проза
Последний
Последний

Молодая студентка Ривер Уиллоу приезжает на Рождество повидаться с семьей в родной город Лоренс, штат Канзас. По дороге к дому она оказывается свидетельницей аварии: незнакомого ей мужчину сбивает автомобиль, едва не задев при этом ее саму. Оправившись от испуга, девушка подоспевает к пострадавшему в надежде помочь ему дождаться скорой помощи. В суматохе Ривер не успевает понять, что произошло, однако после этой встрече на ее руке остается странный след: два прокола, напоминающие змеиный укус. В попытке разобраться в происходящем Ривер обращается к своему давнему школьному другу и постепенно понимает, что волею случая оказывается втянута в давнее противостояние, длящееся уже более сотни лет…

Алексей Кумелев , Алла Гореликова , Игорь Байкалов , Катя Дорохова , Эрика Стим

Фантастика / Современная русская и зарубежная проза / Постапокалипсис / Социально-психологическая фантастика / Разное